HASIL DAN PEMBAHASAN "Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film Corpse Bride"
PENDAHULUAN DAN METODE PENELITIAN
Denotasi
LITERATURE REVIEW
HASIL DAN PEMBAHASAN
Scene 1, 00:20-01:00
Denotasi
Pada scene ini ditampilkan seorang laki-laki bernama mengenakan jas berwarna hitam tengah menggambar kupu-kupu pada buku menggunakan pena bulu. Di depannya terdapat kupu-kupu berwarna biru di dalam sangkar berbahan kaca.
Konotasi
Pada scene ini setelah menyelesaikan gambarnya laki-laki tersebut melepaskan kupu-kupu biru yang ada di depannya. Makna konotasi pada scene ini yaitu kupu-kupu melambangkan jiwa pada dirinya, laki-laki tersebut melepaskan kupu-kupu karena akan memulai tahap hidup yang baru dan bebas dari kehidupan orang tuanya karena akan menikah.
Mitos
Kupu-kupu adalah serangga yang paling populer pada era Victoria. Kupu-kupu bersulam menghiasi gaun pesta wanita, pin kupu-kupu berenamel menghiasi topi wanita, dan hiasan rambut kupu-kupu berlian memberi aksen pada gaya rambut modis. Kupu-kupu tidak hanya mencolok dalam diri sendiri, tetapi juga melambangkan sesuatu yang lebih besar. Seperti yang dijelaskan Rosemary McTier dalam bukunya An Insect View of Its Plain: "Dalam bahasa simbolik yang kompleks di era Victoria, lalat melambangkan kerendahan hati dan kupu-kupu mewakili jiwa".
Scene 3, 02:30-03:15
Pada scene ini ditampilkan kedua orang tua dari laki-laki tadi tengah bernyanyi sambil menuruni tangga untuk masuk ke dalam kereta kuda. Dan dipelihatkan juga bahwa ayah dari laki-laki tersebut adalah seorang saudagar ikan, terlihat dari banner yang terdapat pada kereta kudanya.
Konotasi
Pada scene ini syair yang dinyanyikan oleh orang tua pemuda tersebut mengatakan bahwa mereka menikahkan anak laki-laki mereka karena ingin menaikkan derajat mereka dari saudagar ikan agar lebih dipandang oleh masyarakat. Oleh karena itu anak laki-laki mereka dinikahkan dengan perempuan dari keluarga Everglot yang terpandang kaya di daerah tersebut. Makna konotasi pada scene ini yaitu orang tua yang lebih mementingkan harta dan ego dari pada kebahagiaan dan kemauan anaknya.
Mitos
Menikahkan anak karena alasan harta sudah sangat lazim didengar, karena sebagian orang tua beranggapan bahwa menikahkan anak mereka dengan keluarga yang lebih mapan akan membantu ekonomi keluarga atau sekedar menaikkan derajat keluarga.
Scene 5, 04:52-05:08
Denotasi
Pada scene ini ditampilkan scoring perempuan yang duduk di depan meja rias bersama pembantunya yang tengah mengenakan korset pada perempuan tersebut. Kemudian ditampilkan pula kedua orang tua dari perempuan tersebut yang membantah perkataan anaknya.
Konotasi
Pada scene ini perempuan bernama Everglot tersebut mengungkapkan pada pembantunya mengenai kekhawatirannya akan bagaimana jika laki-laki yang akan dinikahinya tidak mencintainya. Lalu orang tuanya membantah dengan mengatakan bahwa tidak harus ada cinta dalam sebuah pernikahan bahkan kedua orang tuanya pun tidak saling mencintai. Makna konotasi pada scene ini adalah banyak orang yang menikah tanpa adanya cinta dan beranggapan pernikahan masih tetap dapat berjalan tanpa adanya cinta dari kedua pasangan sekali pun.
Mitos
Bahkan pada era dimana latar film ini pun memang berkembang pemahaman demikian. Di era Victoria, perempuan harus menikah dengan laki-laki yang status sosialnya sama atau lebih baik, menjadi istri yang baik, dan menjadi ibu bagi anak-anak suaminya. Sangat sedikit pernikahan yang dimulai dengan cinta, namun hidup seorang wanita belum lengkap tanpa menikah.
Scene 7, 05:52-06:03
Denotasi
Pada scene ini ditampilkan kedua orang tua dari perempuan yang akan menyambut keluarga Van Dort yaitu keluarga dari pihak laki-laki. Ditampilkan sang ibu sedang berbicara dengan suaminya dan mengatakan bahwa pernikahan itu hanya tentang mencari pasangan hidup.
Konotasi
Pada scene ini ibu dari perempuan yang merupakan nyonya Everglot mengatakan pada suaminya bahwa pernikahan itu hanya sebatas mencari orang untuk pendamping hidup dan selebihnya hanya perlu saling membantu dan menguntungkan, dan ibunya berharap anak perempuannya tau dan paham dari bagaimana ia melihat kehidupan pernikahan kedua orang tuanya. Makna konotasi pada scene ini adalah seseorang yang menikah tanpa adanya cinta akan menganggap bahwa mereka menikah hanya agar terlihat lengkap dalam kehidupan dan menganggap pasangannya hanyalah pendamping dalam urusan kebutuhan untuk saling menguntungkan.
Mitos
Seperti yang dituliskan pada scene sebelumnya bahwa pada era Victoria kebanyakan dari mereka menikah hanya sebagai pelengkap, maka dengan menikah masyarakat pada era itu merasa hidup mereka sudah lengkap bahkan tanpa ada cinta sekali pun.
Pada scene ini ditampilkan sang perempuan Victoria tengah memberikan bunga Dogwood pada sang lelaki Victor.
Konotasi
Pada scene ini Victoria memberikan bunga Dogwood pada Victor setelah mereka berbincang tentang bagaimana perasaan dan pernikahan mereka nanti. Makna konotasi pada scene ini adalah Victoria yang mulai menaruh perasaan pada Victor setelah berbincang tadi, begitu pula dengan Victor. Mereka menemukan perasaan itu pada pertemuan pertama dan merasa pernikahan mereka akan berjalan lancar dengan adanya rasa cinta.
Mitos
Bunga Dogwood sendiri melambangkan ketahanan, kemurnian, kekuatan, dan kasih sayang. Di era Victoria, para bujangan sering kali menawarkan setangkai Dogwood berbunga kepada wanita yang mereka pacari sebagai tanda kasih sayang. Sebaliknya pada scene ini perempuan lah yang memberikan bunga pada sang laki-laki, perumpaan bahwa sang perempuan percaya dan menaruh harapan pada sang laki-laki.
Scene 12, 16:15-16:28
Pada scene ini ditampilkan Victor tengah memakaikan cincin pada sebuah ranting saat ia tengah belajar mengucapkan janji pernikahan dengan benar, dan mengumpamakan ranting tersebut adalah sebuah jari.
Konotasi
Pada scene ini saat memakaikan cincin Victor hanya menganggap itu sebuah ranting yang diumpamakan sebagai jari, siapa sangka ternyata itu adalah jari sungguhan dari seorang mayat pengantin yang sudah lama menunggu seseorang melakukan hal tersebut padanya. Makna konotasi pada scene ini adalah bagaimana kuat dan berpengaruhnya sebuah janji pernikahan yang telah diucapkan oleh seseorang sampai seorang mayat saja bisa bangkit kembali karena sangat mendambakan janji pernikahan tersebut.
Mitos
Janji pernikahan adalah sakramen pernikahan yang biasanya diatur oleh petugas pernikahan. Tanpa prosesi pertukaran janji oleh sang pengantin, maka pernikahannya tak dapat di laksanakan. Janji pernikahan ini bukan lagi janji biasa namun seperti kewajiban yang tentu harus dilakukan dalam sebuah pernikahan, karena dengan janji ini pasangan tersebut akan terikat sampai mati sesuai janji yang sudah diucapkan. Oleh karena itu siapa yang tidak mendambakan janji tersebut dari orang yang ia cintai, begitu juga mayat pengantin bernama Emily yang dulu pernah dikhianati janjinya.
Scene 30, 54:23-54:50
Pada scene ini ditampilkan Victoria yang tengah melangsungkan pernikahan dengan laki-laki lain yang menyebut dirinya Lord Barkis, ditampilkan bagaimana kecewanya muka Victoria atas pernikahan tersebut terlihat dari wajahnya yang murung.
Konotasi
Pada scene ini Victoria kecewa karena dinikahkan dengan laki-laki lain sebab hilangnya Victor secara tiba-tiba dan beredar bahwa Victor telah menikah dengan perempuan lain. Makna konotasi pada scene adalah terlihat dengan sangat jelas bahwa Victoria tidak menginginkan pernikahan dengan Lord Barkis dan ia dipaksa menikah karena Victor yang tiba-tiba menghilang sedangkan pernikahan mereka sudah diumumkan akan berlangsung, dan bagaimana Lord Barkis melakukan pernikahan tersebut bukan atas cinta namun lagi-lagi karena harta orang tua Victoria. Victoria tidak bisa membantah karena janji pernikahan sudah diucapkan dan cincin pun sudah dikenakan.
Mitos
Pernikahan tetap akan berlanjut meskipun salah satu mempelai bahkan tidak menginginkan itu, karena hanya dengan mengucapkan janji dan janji tersebut disetujui oleh pemuka agama maka pernikahan tersebut telah sah. Maka dari itu janji pernikahan sangat kuat dan sakral dan tidak boleh sembarangan dalam melakukannya. Harus ada komitmen terlebih dahulu sebelum janji tersebut terikat.
Scene 34, 71:37-71:58
Denotasi
Pada scene ini ditampilkan Emily yang sedang mengembalikan cincin yang sebelumnya tanpa sengaja Victor pakaikan padanya, dan Emily juga memutuskan janji pernikahan mereka dengan mengatakan bahwa Victor telah menepati janjinya.
Konotasi
Pada scene ini Emily mengembalikan cincinnya karena merasa Victor bukan lah miliknya dan tidak ingin merebut pernikahan orang lain. Emily juga turut bahagia karena dapat melihat kebahagian atas pernikahan perempuan lain, karena ia sendiri tau bagaimana sakitnya kehilangan hal tersebut. Makna konotasi pada scene ini adalah keikhlasan Emily mengakhiri hubungannya dengan Victor karena tidak ingin egois terhadap apa yang sedari awal bukanlah miliknya, dan merasa bahwa selama ini ia hanya ingin menyaksikan kebahagiaan dari pernikahan tersebut dan ia sudah mendapatkannya, maka ia mengembalikan bukti janji yang pernah Victor ucapkan padanya.
Mitos
Tanda utama bahwa suatu hubungan telah berakhir adalah ketika cincin pernikahan telah diberikan kembali. Biasanya wanita lah yang akan mengembalikannya kepada pria sebagai kebalikan dari pria yang menawarkan cincin tersebut pada awal lamaran atau pernikahan.
Scene 34, 72:51-73:08
Pada scene ini ditampilkan tubuh Emily yang mulai lenyap dengan berubah menjadi banyak kupu-kupu biru, dan terlihat Emily tersenyum yang mengartikan ia pergi dengan bahagia.
Konotasi
Pada scene ini tubuh Emily berubah menjadi banyak kupu-kupu biru dan terbang bebas ke langit. Makna konotasi pada scene ini adalah bahwa Emily telah bebas dari pengkhiatan janji pernikahan yang membuat arwahnya tidak tenang dan terus menunggu, ia juga merasa bahagia karena dapat melihat kebahagian pernikahan dari perempuan lain, sebuah kebahagiaan yang dulu ia dambakan juga. Kupu-kupu pada scene ini juga melambangkan kematian.
Mitos
Sebagian masyarakat percaya bahwa metamorfosis kupu-kupu merupakan simbol dari fase pertumbuhan manusia. Karena ada gagasan lama bahwa, setelah kematian, jiwa akan keluar dari tubuh dan terbang begitu saja. Fase terakhir kehidupan kupu-kupu, saat ia muncul dari kepompongnya dan terbang secara alami berkaitan dengan perjalanan terakhir kupu-kupu dan jiwa abadi seseorang. Oleh karena itu, kupu-kupu juga melambangkan kematian secara umum. Seperti yang dinyatakan dalam Kamus Cerita Rakyat Bahasa Inggris Oxford: "Kupu-kupu dan ngengat diasosiasikan dengan kematian, terkadang hanya sebagai pertanda, terkadang sebagai jiwa atau hantu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa:
- Makna denotasi dalam film Corpse Bride, digambarkan dengan makna sebenarnya yang dapat dirasakan dilihat langsung oleh penontonnya, hal ini menunjukkan bahwa makna denotasi pada film ini ditampilkan dengan jelas.
- Makna konotasi dalam film Corpse Bride, merupakan sebuah pesan yang terkandung pada denotasi tersebut, konotasi pada film ini digambarkan lebih detail mengenai makna atau pesan apa yang ingin ditampilkan pada setiap kejadian yang terjadi pada sebuah scene.
- Makna mitos pada film ini merupakan bagaimana kepercayaan masyarakat pada era Victoria dan bagaimana cara mereka memandang sebuah pernikahan. yang maknanya berhubungan dengan kepercayaan dan kultural masyarakat pada era Victoria.
Masyarakat era Victoria menganggap bahwa menjadi seorang istri adalah pencapaian posisi terbaik dalam hidup seorang wanita, dan pria setuju akan hal itu dan menganggap bahwa menikah adalah kewajiban seorang wanita. Wanita memegang peranan yang sangat penting kala itu karena mereka mengatur kebutuhan rumah tangga, membantu menyelesaikan pekerjaan suami, mengurus anak dan mengatur keuangan, sedangkan pria menganggap wanita hanya sebagai makhluk emosional yang memang seharusnya diatur oleh mereka, atau yang biasa disebut 'the Sex' (Vickery 389). Dari hal tersebut dapat dilihat bagaimana masyarakat pada era Victoria memandang sebuah pernikahan, oleh sebab itu banyak yang melakukan pernikahan tanpa didasari rasa cinta, namun tentu saja pernikahan tidak sesederhana itu, pernikahan adalah hal sakral sehingga dalam menjalaninya harus ada kemauan tanpa paksaan agar pria maupun wanita akan lebih merasakan kesempurnaan dalam hidup.
REFERENSI
Asnat Riwu, Tri Pujiati. (2018). Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film 3 Dara (Kajian Semiotika). (Online). Tersedia: https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Deiksis/article/viewFile/2809/2218
Ciara Wardlow. (2020). Why Movies Love Blue Butterflies Best. (Online). Tersedia: https://filmschoolrejects.com/movies-love-blue-butterflies/
Mimi Matthews. (2016). Emblems of the Soul: Butterflies in Victorian Fashion and Folklore. (Online). Tersedia: https://www.mimimatthews.com/2016/10/14/emblems-of-the-soul-butterflies-in-victorian-fashion-and-folklore/
Fimela.com. (2014). Menjadi Istri di Era Victoria. (Online). Tersedia: https://www.fimela.com/amp/3847895/menjadi-istri-di-era-victoria
Bartleby.com. Marriage in the Victorian Age. (Online). Tersedia: https://www.bartleby.com/essay/Marriage-in-the-Victorian-Age-FKTC74YVJ
Alisha Husaina, Putri Ekaresty Haes, Nuning Indah Pratiwi, Putu Ratna Juwita. (2018). Analisis film Coco dalam teori semiotika Roland Barthes. (Online). Tersedia: https://journal.undiknas.ac.id/index.php/fisip/article/view/1706/391