LITERATURE REVIEW "Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Film Corpse Bride"
Representasi Pendidikan Seks dalam Film Dua Garis Biru (Analisis Semiotika Roland Barthes): Eartha Beatricia Gunawan dan Ahmad Junaidi (2020) dalam penelitiannya mengkaji representasi pendidikan seks dalam Film Dua Garis Biru karya sutradara Gina S. Noer. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat gambaran tentang pendidikan seks dalam film Dua Garis Biru. Film Dua Garis Biru bercerita tentang bagaimana Dara dan Bima yang harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang tidak mereka pikirkan sebelumnya karena melakukan seks pranikah. Sisi dan bentuk pendidikan seks ditampilkan dalam cuplikan adegan, dialog, atau karakter tokoh yang menyisipkan pentingnya mengenal pendidikan seks dan mengetahui konsekuensi dari setiap perbuatan yang berhubungan dengan seks. Penelitian ini memiliki hubungan dengan penelitian penulis karena berfokus pada semiotika Roland Barthes dan menganalisis setiap bagian film melalui cuplikan adegan, dialog dan karakter tokoh.
https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/6880
Pelanggaran Nilai Moral pada Komitmen Pernikahan dalam Film Wedding Agreement The Series dan Melur untuk Firdaus: Rahma Dewi Hartati dan Refisa Ananda (2023) dalam penelitiannya mengkaji pelanggaran nilai moral pada komitmen pernikahan dalam film Wedding Agreement The Series dan Melur untuk Firdaus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan fenomena nilai moral yang terdapat pada film tersebut berupa pelanggaran komitmen pernikahan yang digambarkan melalui penokohan tokoh pada kedua film, pelanggaran tersebut berupa ketidakmampuan tokoh dalam memegang teguh janji pernikahan. Penelitian ini memiliki hubungan dengan penelitian penulis karena mengangkat nilai moral tentang janji pernikahan, pada penelitian tersebut tidak dijelaskan menggunakan teori apa dan penelitiannya lebih berfokus pada analisis dialog tokoh pada film, sedangkan penelitian penulis banyak berfokus pada cuplikan adegan.
https://journal.unnes.ac.id/sju/jsi/article/view/64887
Happiness Concept as Reflected in Tim Burton's Corpse Bride: Tri Sulistyani (2017) dalam penelitiannya mengkaji konsep kebahagiaan masyarakat pada era Victoria yang ada dalam film Corpse Bride. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep kebahagiaan dari tokoh wanita yaitu cinta sejati, kedamaian, melihat wanita lain bahagia, sedangkan orang tua cenderung memikirkan kebahagiaan dari segi ekonomi. Penelitian ini mengangkat film yang sama namun menggunakan teori yang berbeda dengan penulis, dimana penelitian ini menggunakan teori sosiologi sudut pandang pertama oleh Alan Swingewood, sedangkan penulis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Pembahasan dalam penelitian ini juga berfokus pada konsep kebahagiaan dan penulis lebih berfokus pada janji pernikahan tokoh pada film.
https://repository.ump.ac.id/5286/1/Tri%20Sulistyani%20....%20COVER.pdf
Analisis Semiotika dan Pesan Moral pada Film Imperfect 2019 karya Ernest Prakasa: Ryan Diputra dan Yeni Nuraeni (2022) dalam penelitiannya mengkaji makna yang direpresentasikan film Imperfect karya Ernest Prakasa, serta mengetahui pesam moral yang ingin disampaikan oleh sutradara dan juga yang didapat oleh penonton film tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya makna yang direpresentasikan oleh film Imperfect berdasarkan dari jawaban sutradara dan penontonnya lewat kajian aspek objek teori semiotika milik Charles Sanders Pierece yaitu terdiri dari dimensi ikon, indeks, dan simbol, juga pesan moral yang dikaji melalui konsep moral Burhan Nurgiyantoro. Penelitian ini memiliki hubungan dengan penelitian penulis yaitu makna pesan moral pada film, namun penelitian ini menggunakan teori Semiotika dari Charles Sanders Pierece dan menggunakan film yang berbeda.
https://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/ILKOM/article/view/199
Membaca Film Sebagai Sebuah Teks: Analisis Isi Film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)": Rahman Asri (2020) dalam penelitiannya mengkaji pesan yang disampaikan dalam sebuah film dengan menganalisis isi (content analysis) secara kualitatif dalam paparan cerita film tersebut yang bergenre drama keluarga yang telah mendeskripsikan tentang kedudukan dan peran seorang lelaki, suami dan ayah dalam sebuah keluarga yang digugat oleh anak-anaknya sesuai perkembangan jaman mereka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pesan film NKCTHI ini menggugat dominasi laki-laki sebagai suami dan sekaligus ayah dalam latar belakang masyarakat yang masih patriarki, dimana otoritas dan pusat kekuasaan masih dominan pada laki-laki. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang sama dengan penelitian penulis yaitu pendekatan kualitatif yang akan menjabarkan data analisis secara naratif, dan penelitian ini juga mendeskripsikan makna pada penokohan tokoh yang dianalisis juga dalam penelitian penulis.
https://jurnal.uai.ac.id/index.php/JAISS/article/view/462
Pesan Moral Pernikahan Pada Film Wedding Agreement (Analisis Semiotika Roland Barthes): Nita Khairani Amanda dan Yayu Sriwartini (2020) dalam penelitiannya mengkaji pesan moral atau moral pernikahan yang terkandung dalam Film Wedding Agreement. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa representasi pesan moral pernikahan yang tampil dalam Film Wedding Agreement, adalah berupa pemenuhan hak dan kewajiban seorang suami istri. Seperti, kewajiban saling menjaga hubungan, mencintai satu sama lain, menghormati satu sama lain, dan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam film ini sutradara ingin menonjolkan sisi bagaimana cara seorang pasangan untuk menjaga hubungan mereka dengan menggabungkan nilai budaya pernikahan indonesia dan nilai-nilai pernikahan agama islam yang dapat dijadikan sebuah pembelajaran bagi penonton. Selain itu, film ini tidak hanya memiliki pesan moral pernikahan, tetapi terdapat pesan moral lainnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini membahas pernikahan yang juga penulis bahas namun dalam film yang penelitian tersebut kaji lebih membahas bagaimana kehidupan pernikahan selanjutnya. Sama-sama mengkaji pesan moral pada film dengan teori Roland Barthes yang fokus pada makna denotatif, konotatif, dan mitos.
https://journal.unas.ac.id/populis/article/view/836
SOCIAL CRITICISM GETS ANIMATED (Satire and Humor in Corpse Bride (2005) by Timothy Burton): Marina Druzhinina (2009) dalam penelitian mengkaji kriktik sosial dan bagaimana hal tersebut diperkenalkan melalui sindiran dan humor dalam film Corpse Bride. Penelitian ini membahas secara rinci permasalahan masyarakat pada umumnya dan budaya victoria yang dikritik pada film tersebut. Beberapa dari isu-isu seperti hirarki dan pemikiran hirarki atau monarki yang bertahan dengan mengorbankan perjodohan. Akibatnya beberapa karakter pada film seperti masa depan Van Dort dan bangsawan yang bangkrut, Everglot yang memiliki minat yang sama dan juga hidup sepenuhnya dari perbudakan publik adalah karakter utama. Namun, beberapa isu yang dikritik dalam film seperti kritik pada tradisi pernikahan dan gambaran menakutkan tentang akhirat merupakan topik yang sangat segar dan menarik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sutradara utamanya Tim Burton mengeksplorasi kesalahan masyarakat melalui semua aspek film stop-motion yang sangat menghibur baik dari segi latar, penokohan, struktur, citra, dan bahasa. Penelitian ini menggunakan isu yang sama dengan penulis namun dengan teori yang berbeda. fokus penelitian ini adalah isu-isu yang hadir tentang bagaimana kehidupan era victoria dan bagaimana hal tersebut dapat ditampilkan dalam film Corpse Bride melalui satir dan humor.
https://skemman.is/handle/1946/2965
Konsep Diri Karakter Mirabel Pada Film "Encanto" Dalam Perspektif Semiotika Roland Bathes: Kheren Stevie Wiguna (2022) dalam penelitiannya mengkaji konsep diri suatu karakter animasi di film Encanto yang bernama Mirabel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakter Mirabel memiliki 2 sisi konsep diri yaitu konsep diri terbuka dan konsep diri tersembunyi, Konsep diri terbuka Mirabel ditampilkan sebagai karakter yang mandiri, pengertian, ceria, sabar, pantang menyerah, dan pendamai. Dan sisi tersembunyi Mirabel ditampilkan sebagai karakter yang tertekan, lelah, iri, putus asa, dan ingin berontak. Penelitian ini memiliki hubungan dengan penelitian penulis dari segi pemaknaan karakter tokoh pada film menggukan teori Roland Barthes.
http://repositori.buddhidharma.ac.id/1411/1/COVER%20-%20BAB%20III.pdf
Representasi Konsep Diri Habibie Dalam Film Rudy Habibie (Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce) Siti Maesaroh dan Shinta Kristanty (2020) dalam penelitiannya mengkaji bagaimana representasi konsep diri Habibie dalam Film Rudy Habibie. Hasil dari penelitian ini menunjukkan konsep diri Habibie dibagi mejadi empat yaitu konsep diri terbuka, konsep diri wilayah buta, konsep diri tersembunyi dan konsep diri wilayah tak dikenal. Dalam film Rudy Habibie konsep diri direpresentasikan melalui tanda-tanda, yaitu sign, object, interpretannya, dimana ketiga tanda ini dapat direpresentasikan melalui ekspresi wajah, gestur, postur tubuh, dialog dan warna. Penelitian ini juga membahas pemaknaan yang sama namun dianalisis menggunakan teori yang berbeda.
https://jom.fikom.budiluhur.ac.id/index.php/Pantarei/article/download/622/500
Analisis Film Animasi The Wind Rises (Semiotika Roland Barthes): Utari Las Monika dan Juliana Kurniawati (2024) dalam penelitiannya mengkaji film The Wind Rises mengunakan teori Roland Barhes. Teorinya tentang analisis semiotika dan analisis mitologi diharapkan dapat membantu memahami bagaimana film ini mempengaruhi penonton melalui pesan-pesan tersembunyi dan struktur naratifnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa teori Roland Barthes berhasil membuka wawasan baru tentang makna dan pesan yang terkandung dalam film ini. Analisis semiotika menyoroti penggunaan tanda-tanda dan kode yang berperan dalam membangun makna di dalam film. Film "The Wind Rises" bukan hanya merupakan karya animasi yang indah secara visual, tetapi juga menjadi medium berdaya ungkit untuk merenungkan permasalahan yang mendalam tentang kehidupan dan tanggung jawab seniman dalam konteks sejarah dan politik. Penelitian ini memiliki hubungan dengan penelitian penulis yaitu mengungkapkan makna pada film animasi dengan teori Roland Bathes.
https://jurnal.umb.ac.id/index.php/jsikom/article/download/6403/3899
Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi: Triadi Sya'dian (2015) dalam penelitiannya mengkaji fenomena yang menjadi ikon terdapat pada film Laskar Pelangi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pemaknaan dari ikon-ikon yang terdapat pada film Laskar Pelangi. Seperti ikon Tambang Timah, Sekolah Muhammadiyah dan sekolah PN Timah, Banguan kumuh, kostum para anak-anak laskar pelangi, dan ikon penanda bakat. Ikon-ikon yang didapat dominan sebagai penanda sosial. Penelitian ini juga membahas pemaknaan ikon-ikon pada cuplikan film tapi menggunakan teori yang berbeda.
https://scholar.archive.org/work/4bh2mf7jr5chraipszkkqpl2ii/access/wayback/http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/PROPORSI/article/download/497/608
Analisis Film Coco Dalam Teori Semiotika Roland Barthes: Alisha Husaina, Putri Ekaresty Haes, Nuning Indah Pratiwi, dan Putu Ratna Juwita (2018) dalam penelitiannya mengkaji Festival El Dias Los Muertos pada Film Coco dengan Teori Semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa animasi Coco memiliki pesan edukasi yang unik dan baru karena diangkat dari sebuah budaya Meksiko yang dikemas ringan untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori dan metode penelitian yang sama dengan penulis.
https://journal.undiknas.ac.id/index.php/fisip/article/view/1706/391
Makna Denotasi, Konotasi Dan Mitos Dalam Film WHO AM I KEIN SYSTEM IST SICHER (Suatu Analisis Semiotik): Rina Septiana (2019) dalam penelitiannya mengkaji tentang tanda, pada taraf semantik. Bidang ini menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan arti yang disampaikan. Saussure menyatakan bahwa tanda dibagi menjadi signifie (penanda) dan signified (petanda). Bagi Saussure penanda merupakan aspek material sedangkan petanda merupakan konsep pikiran atau gambaran mental. Hasil dari penelitian ini menunjukkan makna denotasi dan konotasi selalu ada dalam setiap data yang dianalisis, berbeda dengan denotasi dan konotasi, mitos tidak selalu ada dalam setiap data yang dianalisis. Penelitian ini menggunakan teori denotasi, konotasi, dan mitos yang juga penulis gunakan dalam penelitian.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jefs/article/download/24151/23837
Representasi Makna Tekat Dalam Film "Kahaani" (Sebuah Analisis Semiotika Model Roland Barthes): Nina Prasetyaningsih (2016) dalam penelitiannya mengkaji realitas kehidupan manusia yakni sikap tekad. Tekad merupakan sikap yang harus dimiliki setiap manusia untuk mencapai tujuan hidup. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat makna denotasi dan konotasi dalam film tersebut. Makna denotasi tentang tekad ditunjukkan dalam dialog antar pemain. Makna konotasi tentang tekad digambarkan melalui mimik wajah, tekanan suara dan tatapan mata. Penelitian ini juga menggunakan teori model Roland yaitu makna denotasi dan konotasi namun tidak menggunakan mitos.
https://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/672
Denotative and Connotative Meanings in Masha and The Bear Cartoon Movie (A Semiotic Analysis): Dewi Mustika Muslimin (2017) dalam penelitian ini mengkaji tentang Makna Denotatif dan Konotatif dalam Film Kartun Masha and The Bear (Analisis Semiotika) yang bertujuan untuk mendeskripsikan makna dan fungsi denotatif dan konotatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa makna dan fungsi konotasi dan denotasi yang ditemukan dalam film tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa jenis makna konotasi yang dominan dalam film adalah makna kiasan yang terdiri dari pemanggilan makna yang di dalamnya terdapat ekspresi figur. Peneliti juga menemukan bahwa fungsi denotatif dan konotatif merupakan pesan-pesan yang terdapat dalam film Masha and the Bear. Penelitian ini mengkaji tentang makna denotasi, konotasi dan tipe konotasi yang ada dalam film Masha and the Bear. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan teori dari Barthes untuk menemukan makna denotasi dan konotasi. Untuk meneliti tipe konotasi, peneliti menggunakan teori dari Mos’ab Abu Thoha. Penelitian ini tidak mengkaji tentang mitos.
https://core.ac.uk/download/pdf/198222204.pdf
Analisis Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri Ini: Anderson Daniel Sudarto, Jhony Senduk, dan Max Rembang (2015) dalam penelitiannya mengkaji makna simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film Alangkah Lucunya Negeri Ini. Maka itu, sangat penting untuk mengetahui Semiotika Film agar masyarakat bisa mengetahui film-film yang mendidik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran tentang potret kehidupan anak-anak terlantar di Indonesia. Makna konotasi yang terlihat dalam film ini adalah perjuangan terkait dengan penerapan pendidikan. Ada beberapa mitos yang terlihat dalam film ini, yaitu tentang apakah pendidikan itu penting. Secara singkat, mitos yang ada dalam film ini adalah teori dan penerapan untuk pendidikan moral dan spiritual masih perlu dibangun. Penelitian ini menggunakan teori yang sama dengan film yang berbeda.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurnakomunikasi/article/download/6713/6233
Representasi Dalam Film: Rio Febriannur Rachman (2018) dalam penelitiannya mengkaji tentang representasi konsep, ideologi, maupun gagasan tertentu yang tertuang dalam film. Eksistensi representasi itu menegaskan bahwa film merupakan media menyampaikan pesan yang dipergunakan oleh pembuatnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada banyak cara untuk menganalisis film, antara lain, analisis visual, analisis wacana, dan analisis konten. Studi ini diharapkan bisa menambah khazanah penelitian ilmiah di bidang komunikasi, khususnya, tentang representasi dan film. Penelitian ini membahas film dalam skala luas.
https://ejurnal.uij.ac.id/index.php/PAR/article/view/832/854
Analisis Teori Semiotika Roland Barthes Dalam Film Miracel in Cell No.7 Versi Indonesia: Callista Kevinia, Puutri Syahara, Salwa Aulia, Tengku Astari (2022) dalam penelitiannya mengkaji cara Bapak Dodo mengekspresikan apa yang ia rasakan sebagai bagian dari berkomunikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing manusia memiliki caranya sendiri bahkan cara Bapak Dodo bisa terbilang unik. Peneliti juga berharap agar masyarakat dapat memahami juga agar tidak terjadi penghakiman sendiri.
https://journal.undiknas.ac.id/index.php/commusty/article/download/4082/1276
The Elements of Personality in The Main Character of Sweeney Tood (The Demon Barber of Fleet Street by Tim Burton): Rizki Syifaurrahman dan Ujang Suyatman (2019) dalam penelitiannya mengkaji unsur-unsur kepribadian pada tokoh utama Sweeney Todd: The Demon of Barber of Fleet Street karya Tim Burton. Hasil penelitian ini menunjukkan unsur-unsur kepribadian pada tokoh utama pada film ini, seperti Todd yang mempunyai keinginan membalas dendam pada Turpin dan Beadle karena perbuatan mereka terhadap keluarga Todd, keinginan ingin membunuh Pirelli karena dia mengetahui identitas aslinya, dan keinginan ingin membunuh Ny. Lovett karena dia berbohong padanya. Keinginan-keinginan sebagai Todd diwujudkan dan didukung oleh ego. Cara ego merealisasikan seluruhnya dalam diri Sweeney Todd, ego menjalankan perannya melalui suatu tindakan. Penelitian ini menggunakan film dengan sutradara yang sama dengan penelitian penulis, penulis ingin mencari bagaimana karakteristik film-film karya sutradara tersebut.
https://core.ac.uk/download/pdf/270175446.pdf
Representasi Perempuan Dalam Poster Film "Hidden Figures" (Analisis Semiotika Roland Bathes): Albertus Agung Fandy Salama (2023) dalam penelitiannya mengkaji representasi perempuan dalam poster film Hidden Figures. Poster film Hidden Figures menjadi objek penelitian yang dilihat dari kedua versi yakni IMDb dan 20th Century Studios. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana representasi perempuan dalam poster film Hidden Figures yang dianalisis menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Hal tersebut menunjukkan bahwa poster film ini menggunakan berbagai tanda yang secara kolektif merepresentasikan perempuan dengan kekuatan, kecerdasan, dan peran penting mereka dalam pencapaian ilmiah. Mitos menjadi pembeda dari teori semiotika yang lain sehingga penelitian ini menemukan beberapa mitos dari hasil konotasi yang dijelaskan. Mitos yang terdapat pada poster film Hidden Figures ialah kesuksesan, kemandirian, kecerdasan, kulit hitam, kacamata, dan matematika. Penelitian ini penulis pilih karena penulis juga ingin melihat makna dari poster yang ada pada film.
http://e-journal.uajy.ac.id/30512/5/170906237_4.pdf